Sejak sepuluh tahun terakhir Indonesia dihadapkan dengan berbagai konflik, salah satunya adalah konflik antarkelompok agama dan etnis. Penyebab terjadinya benturan antarkelompok tersebut adalah ketidaksiapan masyarakat Indonesia terhadap keberagaman yang ada. Hal itu menjadi hambatan tersendiri bagi terciptanya bangsa yang multikultur.
Dalam kasus ini, pendidikan diperlukan untuk mengedukasi seseorang agar memahami eksistensinya dalam suatu bangsa multikultural. Minimnya edukasi dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan yang menjadi sejarah kelam bangsa ini.
Bagaimanapun juga, konflik antarkelompok tak bisa dipungkiri telah terjadi di antara masyarakat yang beragama dan memiliki aturan-aturan. Menyoal hal tersebut, maka masyarakat Indonesia perlu saling memahami dan menyamakan cara pandang mengenai kemajemukan, yang kemudian lahirlah gagasan seperti pluralisme.
Buku yang bertajuk Toleransi dan Perkauman, Keberagaman dalam Perspektif Agama-agama dan Etnis-etnis ini mengajak pembaca untuk mengenal keberagaman. Melalui perspektif sembilan cendikiawan, buku ini coba memberi gagasan dari masing-masing agama dan etnis yang ada di Indonesia mengenai toleransi.
Setiap agama maupun etnis yang ada di Indonesia mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, salah satunya ajaran Kejawen. Ajaran Kejawen diyakini lahir dari jati diri masyarakat Pulau Jawa. Kejawen memandang perbedaan dan keberagaman sebagai bentuk untuk saling melengkapi, saling mengisi, dan saling menyempurnakan.
Begitupun dengan ajaran Hindu di Bali. Dalam bab yang ditulis I Gusti Made Arya Suta Wirawan, ajaran Hindu memandang keberagaman dengan cara tidak mengusik dan bersikap diskriminatif terhadap suatu kaum. Lebih lanjut lagi, ajaran Hindu menganggap hal tersebut sebagai jalan bagi manusia untuk menuju kesempurnaan.
Dalam buku ini, terdapat sembilan bab yang membahas tentang kesetaraan hak, peluang, maupun kedudukan dari agama-agama dan etnis-etnis yang ada di Indonesia. Menariknya, penulisan buku ini memakai sudut pandang dari orang yang menjadi bagian dari agama atau etnis itu sendiri. Hal tersebut yang membedakan buku ini dengan buku-buku dialog antaragama lainnya.
Buku setebal 250 halaman ini sejatinya memberitahukan pembaca tentang toleransi terhadap sesama dalam perspektif agama dan etnis. Bagi anda yang ingin mengetahui nilai-nilai toleransi yang tekandung dalam agama-agama atau etnis-etnis di Indonesia, maka perlu membaca buku ini. (Singgih)
Posting Komentar