Ribuan buruh saat melakukan aksi unjuk rasa pada peringatan Hari Buruh Internasional, Jakarta, Jumat (1/5/2015). |
Memeringati Hari Buruh Internasional yang dirayakan tiap 1 Mei, ribuan buruh yang berasal dari berbagai organisasi pekerja tumpah ruah memadati beberapa ruas jalan di Jakarta untuk menyampaikan aspirasi. Berbagai tuntutan disampaikan buruh melalui orasi maupun spanduk yang dibawa.
Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI) misalnya. Mereka menuntut negara hadir dalam menyelesaikan persoalan kaum buruh. Ketua Umum FPBI Santoso Widodo mengutarakan, Indonesia konsisten menjalankan sistem ekonomi pasar bebas, namun sistem itu hanya menguntungkan pemilik modal.
“Sistem yang ada tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi rakyat, justru sebaliknya akan mendatangkan kerugian, karena rakyat dieksploitasi tenaga kerjanya untuk keuntungan kaum penguasa,” ujar Santoso.
Kebijakan politik liberal lainnya, lanjut Santoso, adalah penghapusan bertahap subsidi rakyat, sehingga harga BBM, gas elpiji, listrik, dan kebutuhan pokok lainnya mengalami kenaikan. “Dengan kata lain, subsidi untuk rakyat kecil diperkecil, tapi konglomerat diberikan kemudahan penanaman modal yang besar,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengatakan, berbagai persoalan dan tuntutan buruh harus diperjuangkan, terutama soal upah. “Saya menolak politik upah murah. Untuk itu saya akan memperjuangkan agar kenaikan upah tidak lima tahun sekali. Rakyat harus mendapatkan kerja layak, upah layak, dan hidup layak. Kita tetap berjuang sesuai janji Pak Jokowi saat May Day 2014 lalu tentang Trilayak Rakyat Pekerja,” paparnya.
Kemudian Politisi PDI-P ini juga menjelaskan soal pengelolaan energi. Menurutnya, pengelolaan energi dan sumber daya mineral tidak boleh diserahkan kepada mekanisme pasar. “Itu perintah konstitusi dan keputusan MK, maka jangan diserahkan kepada pasar,” tegas perempuan yang saat itu mengenakan kaos bergambar Bung Karno.
(Denny Aprianto)
Posting Komentar