Hamparan sawah dengan padi yang hijau divisualkan tiga buah proyektor di ujung ruangan. Tak lama, sebuah cahaya menyoroti seorang pemuda dengan ikat kepala dan kain sarung melintang di badannya. Diiringi alunan musik bernuansa Sunda, Ia menari sembari bertingkah layaknya orang bingung. Kabayan namanya. Pemuda desa yang jujur dan lugu dengan gigih memperjuangkan cintanya kepada Nyi Iteung.
Demi bisa meminang hati Nyi Iteung, Kabayan rela berkeliling Nusantara untuk mencari harta karun. Harta karun tersebut akan menjadi hadiah perkawinan yang berharga, dan mewujudkan impian Kabayan untuk hidup bersama Nyi Iteung.
Itulah penggalan kisah Si Kabayan dari pementasan tari balet oleh Marlupi Dance Academy (MDA) di Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (21/11). Balet biasa disajikan dengan kisah dan musik klasik. Namun, di tangan MDA pementasan balet dikemas berbeda. Dengan kolaborasi cerita rakyat dan musik tradisional Indonesia, tari balet tampil begitu apik dan bercitarasa nusantara.
“Si Kabayan tidak harus ada cerita tertentu, seperti cerita balet biasanya yang sudah ada repertoarnya. Jadi lebih memudahkan kita untuk mengkreasikan dalam balet. Jadi dengan cerita yang simple tapi fun dan bisa memasukkan semua unsur saya rasa ya Kabayan pilihan kita,” ujar Fifi Sijangga, Managing Director MDA.
Fifi mengatakan, pertunjukan ini merupakan cara yang unik untuk mengangkat dan memperkenalkan kembali cerita rakyat agar terlihat lebih segar. “Penonton dimanjakan dengan penampilan tari dari setiap daerah yang disinggahi oleh Kabayan, seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Suguhan tari balet kontemporer memukau penonton, selaras dipadukan dengan tarian khas dari setiap pulau tersebut,” paparnya.
Kostum dan musik menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam pentas balet Si Kabayan. Kostum dibuat sedemikian rupa menjadi pakaian tradisional Indonesia dengan sedikit penyesuaian agar tidak menghambat gerak penari. “Sedangkan musik juga dibuat sesuai dengan alur cerita dan diselaraskan dengan mempadu padankan musik tradisional,” kata Fifi.
Tanpa terpaku dengan alur cerita, di sela pertunjukkan diselipkan penampilan balerina cilik sebagai variasi. Penonton disuguhkan dengan tingkah menggemaskan anak-anak berumur kurang dari lima tahun tersebut. Dengan kostum rok tutu, mereka lincah menarikan gerakan balet diiringi lagu anak-anak.
“Pementasan yang menarik, apalagi pas bagian balerina ciliknya. Kostum balet yang dipakai juga mencirikan Indonesia. pementasan yang patut diapresiasi,” ujar Mona, salah seorang pengunjung.
Petualangan Kabayan berakhir ketika harta karun yang dicari telah ia temukan. Kabayan pun segera menyunting Nyi Iteung. Cerita ditutup dengan pernikahan Kabayan dan Nyi Iteung. Dengan kostum pengantin bernuansa putih, keduanya menari indah.
Tidak kurang dari 50 siswa terbaik MDA turut berperan dalam pementasan sore itu. Marlupi Dance Academy yang didirikan oleh Ny. Marlupi Sijangga pada tahun 1956 merupakan sekolah balet tertua dan terbesar di Indonesia. Hasil kerja keras Ny. Marlupi selama 60 tahun telah menghasilkan banyak penari dan pengajar dengan standar internasional.
“Senang sekali mendapat kesempatan untuk menampilkan pertunjukan Si Kabayan pada sore hari ini. Saya harap para penikmat seni yang hadir di auditorium Galeri Indonesia Kaya dapat terhibur. Selain itu, harapan saya para penikmat seni lebih mengenal dan memiliki minat untuk mempelajari balet, yang sudah menjadi bagian dari hidup saya,” ujar Marlupi Sijangga, pemilik Sekolah Tari MDA. (Agung/Boja)
Posting Komentar